Selasa, 22 Mei 2012

FILSAFAT MANUSIA DAN ALAM

FILSAFAT MANUSIA DAN ALAM
PENDAHULUAN
Manusia sesuai dengan kodratnya itu menghadapi tiga persoalan yang bersifat universal, dikatakan demikian karena persoalaan tersebut tidak tergantung pada kurun waktu ataupun latar belakang historis kultural tertentu. Persoalan itu menyangkut tata hubungan atar dirinya sebagai mahluk yang otonom dengan realitas lain yang menunjukkan bahwa manusia juga merupakan makhluk yang bersifat dependen.
Persoalaan lain menyangkut kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk dengan kebutuhan jasmani yang nyaris tak berbeda dengan makhluk lain seperti makan, minum, kebutuhan akan seks, menghindarkan diri dari rasa sakit dan sebagainya tetapi juga sebuah kesadaran tentang kebutuhan yang mengatasinya, menstrandensikan kebutuhan jasmaniah, yakni rasa aman, kasih sayang perhatian, yang semuanya mengisyaratkan adanya kebutuhan ruhaniah dan terakhir, manusia menghadapi problema yang menyangkut kepentiangan dirinya, rahasia pribadi, milik pribadi, kepentingan pribadi, kebutuhan akan kesendirian, namun juga tak dapat disangkan bahwa manusia tidak dapat hidup secara “soliter” melainkan harus “solider” , hidupnya tak mungkin dijalani sendiri tanpa kehadiran orang lain. Belum lagi manusia dalam konsep Islam mempunyai tugas dan  tanggung jawab yang sangat berat yaitu  “Abdul Allah “ (hamba Allah) satu sisi dan sekaligus sebagai “Kholifah fil Ardli” (wakil Allah di muka bumi).
Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu manusia. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Teks-teks keagamaan yang berfungsi sebagai landas dasar kepercayaan beragama jarang mengikutsertakan uraian-uraian filosofis maupun ilmiah tentang penciptaan alam semesta, dan dalam hal ini, Islam tidak terkecuali. Secara tegas al-Quran menerangkan sifat-sifat pencipta alam semesta serta cara penciptaannya, namun keterangan tersebut  tidak secara bulat terarah pada satu macam keterangan saja. Alam semesta merupakan suatu ruang atau tempat bagi manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda-benda. Langit sebagai atapnya dan bumi sebagainya lantainya. Jadi, alam semesta atau jagat raya adalah satu ruang yang maha besar, terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik.
Manusia sebagai makhluk yang terdiri atas berbagai macam pola dan bentuk tetapi diantara makhluk tersebut. Tuhan menciptakan bermacam-macam makhluk tetapi yang paling istimewa dan sempurna yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal, agar manusia dapat membedakan baik atau buruknya sesuatu.
RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah pengertian filsafat manusia itu?
2.    Apa manfaat mempelajari filsafat manusia?
3.    Apakah pengertian filsafat alam itu?
4.    Bagaimana teori terbentuknya alam?







PEMBAHASAN
5.    Pengertian filsafat manusia
Pemikiran filsafat mencakup ruang lingkup yang berskala makro yaitu: kosmologi, ontology, philosophy of mind, epistimologi, dan aksiologi. Untuk melihat bagaimana sesungguhnya manusia dalam pandangan filsafat pendidikan, maka setidaknya karena manusia merupakan bagian dari alam semesta (kosmos). Berangkat dari situ dapat kita ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang pada hakekatnya sebagai abdi penciptanya (ontology). Agar bisa menempatkan dirinya sebagai pengapdi yang setia, maka manusia diberi anugerah berbagai potensi baik jasmani, rohani, dan ruh (philosophy of mind).
Sedangkan pertumbuhan serta perkembangan manusia dalam hal memperoleh pengetahuan itu berlajan secara berjenjang dan bertahap (proses) melalui pengembangan potensinya, pengalaman dengan lingkungan serta bimbingan, didikan dari Tuhan (epistimologi), oleh karena itu hubungan antara alam lingkungan, manusia, semua makhluk ciptaan Allah dan hubungan dengan Allah sebagai pencita seluruh alam raya itu harus berjalan bersama dan tidak bisa dipisahkan. Adapun manusia sebagai makhluk dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya insaninya itu, manusia diikat oleh nilai-nilai illahi (aksiologi), sehingga dari sini dapat kita simpulkan bahwa manusia itu makhluk alternatif (bebas) tetapi sekaligus terikat (tidak bebas nilai).
Manusia adalah subyek pendidikan,  sekaligus juga obyek pendidikan. Manusia dewasa yang berkebudayaan  adalah subyek pendidikan yang berarti  bertanggung jawab menyelenggareakan pendidikan, mereka berkewajiban secara moral atas perkembangan probadi anak-anak mereka, yang notabenya adalah generasi penerus mereka.  Manusia dewasa yang berkebudayaaan terutama yang berprofesi keguruan (pendidikan) bertanggung jawab secara formal untuk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang dikehendaki, apa yang disyaratkan bangsa itu.
Manusia yang belum dewasa, dalam proses perkembangan kepribadiannya, baik menuju pembudayaan maupun proses kematangan dan intregitas, adalah obyek pendidikan. Artinya mereka adalah sasaran  atau bahan yang dibina. Meskipun kita sadarai bahwa perkembangan kepribadian adalah self development melalui self actifities, jadi sebagai subjek yang sadar mengembangkan diri sendiri.
Proses pendidikan yang berlangsung didalam antar aksi yang pruralistis (antara subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat ditentukan oleh aspek manusianya. Sebab kedudukan manusia sebagai subyek didalam masyarakat, bahkan didalam alam semesta, memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi diri manusia. Manusia mengembang amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bersama. bahkan manusia terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).
Sejarah usaha manusia untuk mengerti dirinya sendiri, kepribadian manusia, sudah ada sejak ilmu pengetahuan itu ada. Ilmu jiwa (Psikologi) yang mula-mula sebaga ilmu jiwa metafisika adalah salah satu usaha tersebut. Makin mendalam manusia menyelidiki kepribadiannya, makin banyak problemanya yang timbul serta makin banyak rahasia yang minta jawaban. Karena manusia adalah mahluk yang unik dan penuh misteri dan rahasia.
Manusia sebagai subyek dihadapkan kepada fenomena baru dalam kesadarannya, yakni menghadapi problem yang jauh lebih sulit dari pada problem-problem sebelumnya. manusia mulai bertanya, siapakah atau apakah aku ini sebenarnya. Manusia sebagai subyek menjadikan dirinya sendiri (pribadi dan keutuhan) sebagai obyek yang menuntut pengertian, pengetahuan atau pemahaman. “Kenalilah dirimu” adalah kata-kata klasik yang tetap mengandung makna yang  ideal, khususnya amat bersifat pedagogis disamping bernilai filosofis. Sedemikian jauh manusia masih belum yakin bahwa ia telah mengenali dirinya sendiri. Bahkan makin dalam ia menyelami dan memahami kepribadiannya, makin sukar ia mengerti identitasnya. Apa yang ia mengerti tentang kepribadiannya makin  ia sadari sebagai suatu asumsi yang amat “dangkal’ dan relatif, bahkan juga amat subjektif.
Untuk mengerti dan mengenali diri sendiri manusia dengan jujur mengakui kesukaran-kesukarannya, apa yang ia akui sebagai pengertian hanyalah suatu kesimpulan yang masih kabur dan belum representatif. Dari kenyataan ini manusia berkesimpulan pula bahwa  jauh lebih amat sulit untuk mengerti dan memahami kepribadian orang lain.
Perwujudan kepribadian seseorang nampak dalam keseluruhan pribadi manusia dalam antar hubungan dan antar aksinya dengan lingkungan hidupnya. Penafsiran kita tentang tingkah laku belum menjamin pengertian kita tentang kepribadian manusia. Karena itu, realita demikian amat jauh dari sempurnaan. Tetapi usaha untuk mengerti dan memahami manusia ini jauh lebih baik daripada pengertian dan kesimpulan- kesimpulan yang kita miliki tentang manusia. Apa yang kita simpulkan sebagai pengertian itu lebih bersifat statis, sedangkan usaha untuk mengerti manusia secara aktif dan terus-menerus didalam antar hubungan dan antar  aksi sesama itu bersifat dinamis. Asas dinamis ini merupakan essensi watak manusia, yang terus berkembang, bertumbuh dan menuju integritas kepribadiannya.
Demikian pula kita tentang seseorang, tentang kepribadiannya selalu berkembang. itulah sebabnya dikatakan “Tak kenal maka tak cinta”. Bahkan “Cinta itu tumbuh dari sebuah pengenalan”.  Artinya makin kita mengenalnya, makin kita memahami kepribadiannya yang positif makin pula kita mencintainya. Implikasi pandangan ini adalah jagan tergesa-gesa menjauhi atau membenci seseorang, karena kita belum mengenal seorang itu. Bahkan sesungguhnya, adalah kewajiban kita  untuk mengerti tingkah laku, kepribadian seseorang didalam antar hubungan dan antar aksi sosial. Dan sesuai dengan asas –asas nilai demokrasi kita wajib menghormati martabat pribadi orang lain. Prinsip self respect, menghormati pribadi orang lain merupakan pangkal untuk mengormati diri sendniri. Artinya usaha untuk dihormati, hormati lebih dahulu orang lain.
6.    Manfaat mempelajari filsafat manusia
Filsafat manusia menawarkan suatu bentuk pengetahuan yang luas, dalam, dan kritis tentang keseluruhan manusia. Pengetahuan semacam itu sekaligus memiliki manfaat teoritis dan praktis. Secara praktis, filsafat manusia mampu membantu kita membuat keputusan-keputusan praktis di dalam kehidupan sehari-hari dengan berbekal pengetahuan yang kita miliki tentang diri kita sendiri. Filsafat manusia juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Filsafat manusia, pada akhirnya, dapat membuat kita semakin menyadari, betapa manusia adalah mahluk yang sangat rumit. Manusia adalah suatu enigma yang tak mungkin sepenuhnya bisa dipahami, bahkan oleh dirinya sendiri.
Manfaat lainnya mempelajari filsafat manusia adalah mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu. Akan tetapi, filsafat manusia tidak menawarkan jawaban yang tuntas (final) dan seragam tentang manusia. Kita justru dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak filusuf memiliki pendapat yang berbeda tentang apa atau siapa sebetulnya manusia. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara berbeda dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara berbeda-beda pula. Oleh karena itulah, setelah kita mempelajari filsafat manusia, maka paling tidak kita akan dapatkan sebuah pelajaran berharga tentang kompleksitas manusia, yang tidak pernah habis-habisnya dipertanyakan apa makna dan hakikatnya.
Karena kompleksitas yang melekat pada manusia itu, maka beberapa filusuf menarik kesimpulan bahwa esensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri, sebuah teka-teki yang barangkali tidak pernah akan terungkap secara tuntas kapan dan oleh siapapun. Tidak berlebihan kalau seorang filusuf humanis seperti scheler mengatakan “semakain berkembang ilmu-ilmu khusus yanng terjun mempelajari manusia tidak semakin menjernihkan konsepsi kita sendiri. Sebaliknya, mamlah semakin mengaburkan dan membingungkannya”, karena pada kenyataannya hakikat  manusianya sendiri tampaknya terus-menerus tersembunyi dan selalu luput dari penyelidikan kita.
7.    Pengertian filsafat alam
Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh menusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak dapat hidup dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena antara  manusia dan alam semesta saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.
Alam semesta yang kita ketahui sekarang ini mulanya berasal dari gas yang berserakan  secara teratur di angkasa kemudian menjadi kabut (menjadi kumpulan kosmos-kosmos) dalam pengertian alam semesta mencakup tentang mikro kosmos dan makrokosmos.
Mikro kosmos yaitu benda-benda yang berukuran kecil seperti, atom, sel, electron dan benda-benda kecil lainnya. Adapun makro kosmos yaitu benda-benda  yang berukuran besar, sepeti bintang, planet dan matahari.
Menurut Heraclitus menyatakan, “You can not step twice into the same river; for the fresh waters are ever flowing upon you” (engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir). Alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah jadi panas, yang panas berubah menjadi dingin.
Segala yang ada dinamai: “Alam”. Alam ini 2 macam: Pertama dinamakan Alam nyata, yaitu semua alam yang ditangkap panca indra manusia, yaitu semua alam yang terdiri dari benda, baik benda padat, benda cair atau benda gas. Kedua ialah Alam Gaib, yaitu Alam yang tak dapat ditangkap dengan panca indra manusia, alam yang bukan terdiri dari benda.
8.    Teori terbentuknya alam
Teori yang dihasilkan oleh para ilmuan dan pakar, tentang bagaimana terbentuknya alam ada dua yaitu:
Teori keadaan tetap
Yaitu teori  yang menyatakan  bahwa  ini tanpa Awal dan ada selama-lamanya.
 Teori dentuman besar
Yaitu teori yang menyatakan bahwa alam ini ada dari suatu pula dan teori menyatakan bahwasanya alam pada awalnya semua objek didalam semesta adalah satu dan kemudian terpisah karena suatu ledakan yang sangat dahsyat.
Sebagaimana tercantum dalam Al-qur’an bahwasanya dahulu adalah suatu yang padu dan kemudian dipisahkan: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air kami, jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka juga tidak beriman? (QS. Al-Anbiya:3)
Teori-teori yang telah di kemukakan oleh para ilmuan dan pakar sama sekali tidak ilmuan dan pakar sama sekali tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya walaupun kita lihat bahwa terjadi perbedaan yang mencolok pada hipotesis mereka, dan al-Qur’an pun mendukung hipotesis mereka sebagaimana Allah berfirman. “Kemudian dia menuju  dari penciptaan langit dan langit masih merupakan asap, lalu dia berkata keduanya menurut perintahku dnegan suka hati atau terpaksa “keduanya menjawab” kami datang dengan suka hati” (Al-Fhussilat:11).
Alam semesta itu ada karena diciptakan oleh Allah, dan bukanlah suatu kebetulan seperti yang dikatakan oleh orang-orang materilsime. Alam berarti  dunia, alam semesta, jadi jika dianalisia alam merupakan yang sesungguhnya atau alam yang nyata. Dengan kata lain alam semesta adalah tempat bernaung makhluk-mahkluk Allah SWT. Berpegang pada dalil-dalil Al-qur’an, maka alam semeta ini diciptakan oleh Tuhan Untuk kepentingan manusia dan untuk di pelajari manusia semoga dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai manusia di muka bumi ini.
KESIMPULAN
Manusia itu makhluk alternatif (bebas) tetapi sekaligus terikat (tidak bebas nilai). Manusia itu juga subyek pendidikan,  sekaligus juga obyek pendidikan
Manfaat mempelajari filsafat manusia ada dua yaitu: Secara praktis, filsafat manusia mampu membantu kita membuat keputusan-keputusan praktis di dalam kehidupan sehari-hari dengan berbekal pengetahuan yang kita miliki tentang diri kita sendiri. Sedangkan Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan.
Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh menusia untuk melangsungkan proses pendidikan.
Teori yang dihasilkan oleh para ilmuan dan pakar, tentang bagaimana terbentuknya alam ada dua yaitu: Teori keadaan tetap dan teori dentuman besar.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, kami hanyalah manusia biasa yang jauh sekali dari kesempurnaan, sehingga sangat mungkin makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya, maka dari itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang dapat membangun dan menyempurnakan makalah saya sehingga bisa lebih baik lagi. Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberi sedikit pengetahuan tentang Islam dan bermanfaat bagi kita semua. Amin . . .

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Charris Zubair, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia (Kajian Filsafat Ilmu), Yogyakarta: LESFI, 2002
Ali Hamdani, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 1986
M. Arifin, M. Ed., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Remaja Rosdakarya, PT Bumi Aksara, 2000
Mohammad  Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990
Zainal Abidin, Filsafat Manusia, Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya, Cet.V, 2009

2 komentar:

  1. Ini sangat bagus. Terima kasih banyak atas bantuan saudara. Saya bisa menyelesaikan tugas B Indonesia saya. :D arigato gozaimasu

    BalasHapus