Selasa, 22 Mei 2012

Hubungan Iman dengan Ibadah dan Etika Pergaulan

Hubungan Iman dengan Ibadah dan Etika Pergaulan

Latar Belakang Masalah
    Kadang-kadang, bahkan cenderung sering terjadi, banyak orang yang menganggap bahwa diri mereka telah beriman. Mentang-mentang mereka telah menjalankan sholat lima waktu dan ibadah mahdah lainnya, lantas dengan gampangnya menyatakan bahwa diri mereka telah beriman, sungguh amat jauh persepsi dan pandangan mereka mengenaai keimanan. Sebab islam bukan hanya sekedar percaya begitu saja.
    Bahkan yang menggelikan banyak orang yang telah menganggap diri mereka baik, bahkan menganggap diri mereka suci. Ini jelas kebablasan, sedang orang-orang alim dan khusuk dalam sholatnya di zaman rasulullah Saw saja menyatakandiri mereka masih kotor. Itulah sebabnya, Allah Swt mengingatkan dalam al-qur’an agar kaum muslimin tidak menyebut bahwa dirinya suci. Begitulah kenyataannya,manusia tempatnya salah dan khilaf.
    Masalah keimanan ini, sekali lagi bukan sekedar percaya saja, sebab substansi iman adalah diyakini dalam hati, diucapkan secara lisan, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dalam lagi, iman tempatnya di hati sehinnga yang tahu hanyalah dirinya sendiri dan Allah.
    Ibadah merupakan menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangannya. Dalam hal ini tidak hanya manusia saja yang dituntut untuk beribadah tapi semua makhluk yang di ciptakan Allah juga dituntut untuk beribadah seperti dalam surat : adz-Dzariyat : 56 yang artinya :
    “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan mereka agar menyembah-Ku”
Dan dalam masalah etika (moral) umat islam dituntut untuk mencontoh perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh nabi Saw yaitu yang disebut uswatun hasanah. Sehingga dalam makalh ini akan dibahas Hubungan iman dengan Ibadah dan Etika (moral).
Rumusan Masalah

    Berangkat dari Latar Belakang Masalah diatas, maka terdapatlah rumusan masalah sebagai berikut :

1.    Bagaimana Hubungan Antara Iman dengan Ibadah ?
2.    Bagaimana Hubungan Antara Iman dengan Etika Pergaulan ?
3.    Bagaimana Etika Pergaulan Remaja Menurut Pandangan Islam ?

Pembahasan
2.    Hubungan Antara Iman dengan Ibadah
    Iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan serta mengamalkan dengan perbuatan. Yang dimaksud membenarkan dengan hati yaitu mempercayai dan menyakini segala yang dibawa oleh Rasulullah. Yang dimaksud dengan mengikrarkan dengan lisan adalah mengucap dengan dua kalimah syahadat. Sedangkan maksud dari mengamalkan dengan perbuatan yaitu hatimengamalkan dalam bentuk keyakinan dan badan mengamalkan dalam bentuk ibadah. Jika syarat-syarat diatas terpenuhi maka seseorang akan dikatakan mukmin.
    Ibadah berasal dari kata ‘abd  secara bahasa berarti “hamba sahaya”. Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa ibadah mengandung ciri-ciri kekokohan dan kelemah lembutan, maksudnya pelaksanaan ibadah harus diiringi oleh kesetiaan yang kuat dan kehalusan. Secara bahasa ibadah diartikan sebagai penyembahan, pengabdian, dan ketaatan.
    Hubungan iman dan ibadah adalah sejauh mana keimanan dapat mempengaruhi ibadah dan etika atau moral dan sebaliknya. Keimanan atau akidah adalah fondasi dari semua ajaran islam, yaitu akidah, syariah dan akhlak.
    Seseorang yang telah beriman atau berakidah harus mengimplentasikan keimanannya dengan syariah yaitu beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan sesama manusia dan alam sekitar.
    Akidah diwujudkan dalam pengucapan dua kalimat syahadat, diimani, diyakini, dan dibenarkan dalam hatinya. Sebagai wujud keima nannya kepada Allah, dia harus melaksanakan syariah berupa ibadah madhah dan ibadah muamalah ghairu madhah. Yang mana ibadah nadhah artinya penghambaan yang murni merupakan hubunga antara hamba dengan Allah secara langsung seperti : menjalankan ibadah sholat. Sedangkan ibadah muamalah ghairu madhah artinya segala amaln yang diizinkan oleh Allah, misalnya ibadah ghairu madhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.
    Orang yang beriman disebut mukmin. Sedangkan seorang mukmin yang telah melakukan ibadah dan melakukan muamalah disebut muslim. Seorang mukmin belum dikatakan muslim apabila dia belum melaksanakan ibadah, baik ibadah mahdah maupun ibadah ghairu mahdah. Keimanan dan keislaman seseorang harus dilengkapi dengan ibadah dalam rukun islam yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji (bagi yang mampu).
    Iman dengan ibadah juga memiliki hubungan kasualitas (sebab-akibat). Kualitas iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut. Makin tinggi kualitas ibadah seseorang(misal : shalat makin khusu’, mengurangi atau menghilangkan syirik kepada Allah ). Dan kuantitasnya (misal : menambah shalat wajib dengan dan shalt sunnah, banyak bershadaqah) akan menambah dan mempertebal iman seseorang, makin mengurangi dan mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas seseorang kepada Allah Swt.
    Pelaksanaan ibadah yang yang di landasi iman yang kuat memberikan dampak yang postif terhadap sikap dan perilaku seorang muslim.
Allah berfirman :

ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7ø‹s9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4‘sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
    Artinya:
“bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu yaitu alkitab(al-qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih  besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut 45)

    Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa shalat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat pencegah diri dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut dan dan mendorong pelakunya untuk dapat menghindarinya. Dengan keimanan seseorang akan tunduk dan patuh pada aturan-aturan Allah Swt.
    Dengan demikian sesungguhnya sangat erat hubungan dan saling mempengaruhi antara iman dengan ibadah kepada Allah Swt.
Adapun contoh-contoh amalan hubungan antara iman dengan ibadah :
a)    Dzikir
        Dzikir menurut bahasa arab (bahasa yang digunakan dalam al-qur’an)    berarti mengingat/menyebut. Dzikir sendiri terbagi menjadi dua yaitu dzikir lisan dan dzikir dalam hati. Firman Allah :

( (#qè=ä3sù !$®ÿÊE z`õ3|¡øBr& öNä3ø‹n=tæ (#rãä.øŒ$#ur tLôœ$# «!$# Ïmø‹n=tã ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ßìƒÎŽ|  É>$|¡Ïtø:$# ÇÍÈ  
Artinya:
    “Maka makanlah apa yang ditangkap untukmu dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah sngat cepat perhitungan-Nya. (Al-Maidah : 4)
       
b)    Tawakal
    Sebagai seorang muslim hendaknya hendaknya selalu berserah diri kepada Allah (berkhojtawakal).
Firman Allah pada surat Yunus : 84
tA$s%ur 4Óy›qãB ÇPöqs)»tƒ bÎ) ÷LäêYä. LäêYtB#uä «!$$Î/ Ïmø‹n=yèsù (#þqè=©.uqs? bÎ) LäêYä. tûüÏJÎ=ó¡•B ÇÑÍÈ  
Yang artinya :
“Dan Musa berkata :wahai kaumku apabila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang muslim.       
c)    Syukur
    Syukur adalah salah satu buah keimanan, bila seseorang hamba allah berbuat baik kepada anda lalu anda tidak berterima kasih kepadanya berarti anda telah bersikap buruk kepadanya. Padahal hamba tersebut hanya perantara, sedangkan pemberian sejati hanyalah Allah.
Firman Allah :
ومن شكر  فانما يشكر لنفسه ومن كفر فان ربي غني كريم. ( النمل : ۴)                
Artinya :
“Baramg siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barang siapa ingkar maka sesungguhnya Allah maha kaya, maha melihat.(An-Naml : 4)

d)    Sabar
    Seorang muslim berada diantara dua nikmat yaitu bila ia ditimpa kebaikan lalu bersyukur maka ia akan memperoleh pahala dan apabila ditimpa musibah lalu bersabar maka ia akn memperoleh pahala.
Firman Allah :
ما عندكم ينفدوما عندالله باق ولنجزينالذين صبروا اجرهم بااحسن ما كانوا يعملون (النحل : ۹۶)                                                                                                          
Artinya :
“Apa yang disisimu akan lenyap, dan apa yang disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl :96/)

3.    Hubungan Antara Iman dengan Etika Pergaulan
Pengertian etika (etimologi), berasal dari bahasa yunani adalah “ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.
Etika berhubungan dengan kesusilaan. Kesusilaan memberikan gambaran kepribadian seseorang. Secara psikologis kepribadian meliputi semua aspek kehidupan seseorang dan keseluruhan kualitas dirinya yang dapat diperhatikan pada car berbuat, berpendapat, bersikap, minat, berfalsafah, dan sebagainya.
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagi sistem yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kepribadian memiliki sifat berkembang dan kerjanya meliputi tubuh dan jiwa. Dan memiliki ciri khas satu sama lainnya dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Dalam islam seorang ibu yang sedang mengandung supaya berdoa agar anaknya kelak sehat, shaleh, berbakti kepada orang tua, berguna bagi bangsa dan negara serta agama. Setelah anak dilahirkan, menjadi tugas orang tuanya yang mendidik anak-anaknya. Orang tua dan lingkungan hidup seorang anak sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang anak. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan pengaruh pendidikan orang tua. Berikut hadits yang menjelaskannya :
عن ابى هريرة : انه كا ن يقول . قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : ما من مو لود الايولد علي

الفطرة فا بواه يهودانه ونصرانه ويمجسانه.                                                              
Hadits riwayat Abu Hurairah ia berkata :
Rasulullah Saw bersabda : “setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seoran yahudi, seorang nasrani maupun seorang majusi.
    Pembentukan moral atau akhlak manusia merupakan tugas pokok dari diutusnya rosul dan nabi oleh Allah SWT.
Rosulullah Saw bersabda :
انما بعثت لا تمما مكا رم الاخلا ق                                                                         
   
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat lain :yang shahih).” (hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Al-bukhori di dalam kitab Al-adab Al-mufrod, imam Al-hakim dan lain-lain.)

    Untuk membentuk pribadi yang bermoral harus dibentengi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, yang dimulai dari lingkungan keluarga dan dilakukan sedini mungkin sesuai tingkat perkembangan kemampuan anak. Kepribadian dalam islam adalah ketakwaan,  maka setiap proses pembentukan kepribadian menuju kepada takwa kepada Allah Swt. Takwa disini dimaksud meliputi keimanan kepada Allah, ibadah kepada Allah dan berhubungan sesama manusia dan lingkungannya,  termasuk kemasyarakatan dan kenegaraan.

4.    Etika Pergaulan Remaja Menurut Pandangan Islam
a)    Mengucapkan salam
    Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucpan salam adalah do’a, berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan orang tersebut.

b)    Meminta izin
    Meminta izin disini maksudnya kita tidak boleh merermehkan hak-hak atau milik teman. Apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin terlebih dahulu.

c)    Menghomati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
    Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pengalaman dari hidup mereka. Selain itu, remaja harus menyayangi kepada yang lebih muda darinya.

d)    Bersikap santun dan tidak sombong
    Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman dengan kita.

e)    Berbicara dengan perkataan sopan
        Islam mengajarkan bila kita berkata utamakanlah perkataan yang bermanfaat dan bersuara yang lembut.

f)    Tidak boleh saling menghina
        Menghina atau mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina diantara teman

g)    Tidak boleh saling membenci dan iri hati
        Iri hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita tidak dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela baik dihadapan Allah maupun manusia.

Kesimpulan
        Iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan serta mengamalkan dengan perbuatan. Yang dimaksud membenarkan dengan hati yaitu mempercayai dan menyakini segala yang dibawa oleh Rasulullah. Yang dimaksud dengan mengikrarkan dengan lisan adalah mengucap dengan dua kalimah syahadat. Sedangkan maksud dari mengamalkan dengan perbuatan yaitu hatimengamalkan dalam bentuk keyakinan dan badan mengamalkan dalam bentuk ibadah. Jika syarat-syarat diatas terpenuhi maka seseorang akan dikatakan mukmin.

Iman dengan ibadah juga memiliki hubungan kasualitas (sebab-akibat). Kualitas iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut. Makin tinggi kualitas ibadah seseorang(misal : shalat makin khusu’, mengurangi atau menghilangkan syirik kepada Allah ). Dan kuantitasnya (misal : menambah shalat wajib dengan dan shalt sunnah, banyak bershadaqah) akan menambah dan mempertebal iman seseorang, makin mengurangi dan mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas seseorang kepada Allah Swt.

        Hubungan iman dengan ihsan dan etika pergaulan seakan tidak pernah lepas, karena sejauh mana keimanan dapat mempengaruhi ibadah dan etika pergaulan. Misalnya :Seseorang apabila imannya kuat dan tkun beribadahnya maka moral atau tingkah lakunya akan menjadi baik karena merasa karena merasa tingkah lakunya akan slalu diawasi oleh Allah Swt.



DAFTAR PUSTAKA


Abdul Khalid Abdul Rahman, Etika Pergaulan, Bumi Aksara, jakarta, 2006


Syeikh Tantowi Ali, Aqidah Islam : Doktrin dan Filosofi. Nova Media Enter Prise : Kudus

Ibrahim bin Abdullah bin Abdullah Al-Buraikan, Aqidah dan islam, Robbani Press, Jakarta, 1998


Wawan Susetya, Membedah Kepribadian Kekasih Allah, Diva press, Yogyakarta, 2007,
Azhar Arsyad, Hubungan Iman dengan Ibadah, Dina Utama, Jakarta, 2010,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar